Sabtu, 11 Juni 2011

PENGANTAR PERIKLANAN


Periklanan memegang peranan yang cukup penting dan merupakan bagian dari kehidupan industri modern, dan umumnya hanya bisa ditemukan di Negara-negara maju atau Negara-negara yang tengah berkembang. Kebutuhan akan adanya periklanan berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kota-kota yang dipenuhi oleh banyak toko, restoran dan pusat-pusat perdagangan dan penyedia jasa. Selain itu perkembangan periklanan juga sangat dipengaruhi dengan perkembangan media baik cetak maupun media elektronik.
Periklanan = Bisnis Ide
Periklanan bukanlah bisnis menggambar atau bisnis komputer grafis, Periklanan adalah bisnis ide dan kreatifitas (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005) Menggambar hanyalah ekspresi citra yang kita tuangkan sebagai bentuk konsep ide di dalam pikiran namun akarnya tetap ide itu sendiri, menggambar lebih merupakan sarana untuk mencapai tujuan.
Proses mengungkapkan ide dalam bentuk gambar penting dalam periklanan, namun gambar yang bagus dan indah bukan hal yang utama karena kita hanya dituntut untuk dapat menuangkan ide dalam bentuk citra gambar (Lwin & Aitchison. 2005)
Jadi, mampu menggambar dengan baik bukan persyaratan di dunia periklanan. Memiliki naluri dan ide pemasaran yang memungkinkan untuk memadukan sebuah usulan penjualan dan nilai-nilai komersial sebuah gagasan jauh lebih penting.

Periklanan & Kebohongan
Hanya satu tujuan biro iklan membuat iklan, yaitu menjual. Dalam membuat iklan tugas biro iklan adalah “to minimize the weakness and maximize the strength”. Bukan menipu atau membohongi konsumen.

Dalam teknik penyampaian pesan iklan ada yang disebut teknik dramatisasi,teknik ini berbeda dengan kebohongan. Perbedaanya dalam konteks ilmu periklanan adalah (Madjadikara, 2004) :
Kebohongan :
Memberikan informasi tentang sesuatu yang tidak benar dengan maksud menipu dan memperdaya sasaran
Dramatisasi :
Memberikan informasi tentang sesuatu yang benar dengan cara melebih-lebihkan sifat dan keadaannya, dengan maksud untuk menarik perhatian sasaran.
Teknik dramatisasi inilah yang kemudian membuat iklan sering mendapat kritikan (hiperrealitas), padahal dramatisasi inilah sebenarnya hal yang menarik dalam iklan. teknik inilah yang ditunggu dan jadi media penghibur sasaran. Para pemirsa menghendaki agar sebuah iklan itu juga sekaligus dapat menjadi media hiburan, dimana memang diperlukan khayalan visual yang didramatisasi.
Semua jenis media hiburanpun seperi film, sinetron dan drama selalu menggunakan teknik ini, dramatisasi memang harus ada. Tanpa dramatisasi baik iklan, film, sinetron dan drama akan menjadi terasa "kering" dan tidak menghibur.
Selain itu iklan merupakan hasil riset yang mendalam terhadap konsumen, sehingga iklan hanyalah mencerminkan masyarakat bukan bermaksud membentuknya (Lwin & Aitchison. 2005). Konsumen bukanlah mahluk yang tidak mempunyai pikiran dan tidak bebas meskipun ada iklan. Artinya konsumen mengetahui mana yang kebohongan mana yang informasi dalam kemasan dramatis.